Selasa, 18 November 2014

kejar cinta mu...hingga kau tak mampu berkata-kata



Goodbye second love



Dulu aku pernah mencintai seseorang yang ku kenal sejak sma. Namanya ilham. Ia rupawan dan baik hati. Tidak ada yang kurang darinya. Begitu sempurna dimata. Aku dan ia berteman lama. Kami selalu bercerita dan bergurau bersama, ketika teman-teman keluar pergi ke kantin. Aku dan ia, panggil saja iam, memiliki hobi yang sama, yaitu sama-sama suka melukis. Tak jarang kami berdua janjian pergi ke suatu tempat, hanya untuk melukis. Menghabiskan waktu bersama dan bercanda. Aku dan ilham sangat dekat pada masa sma. Banyak yang mengira, bahwa aku dan ilham saling menyukai. Bahkan ada yang mengira bahwa aku dan ilham menjalin kasih.
Perkiraan-perkiraan itu hanya bertaut pada satu hati. Yaitu aku yang merasa bahwa ilham menyukaiku. Aku tak tahu, perasaan yang tenang selalu aku dapat, pabila aku bersamanya. Perkiraan itu terjawab sudah. Semua hanya perkiraan. Ilham ternyata tidak menyukaiku. Itu ku dengar sendiri tanpa perantara. karena pengakuan ilham kepada teman-temanku. Teman-teman yang selalu mengejek kami berdua. Aku hanya terdiam. Kata-kata yang keluar dari bibir manis ilham adalah kata mematikan buatku. Tapi, memang akulah yang berharap besar. Bahwa cintaku ini akan bersambut. Ternyata malah sebaliknya.
Ilham adalah tipikal lelaki pendiam. Ia akan merasa malu, apabila terus diejek oleh galih teman sebangkunya. Mungkin karena itulah, ilham melontarkan kata-kata yang membuatku jantungku berhenti berdetak. “aku tak menyukai anisa, ia hanya teman. Dan kami hanya teman, tidak lebih dari itu”. Sorakan tangan, dan cibiran mulut temanku pun terdengar olehku hingga ke ruangan guru. Sehingga, tidak lama setelah kejadian itu. Guru kelasku datang dan menghampiri, apa yang telah terjadi di kelas kami. Karena, guru kelas kami, panggil saja bu hani, merasa kelas kami sangat ribut. Dan membuat gaduh kelas sebelah. kami pun terdiam, dikarenakan sudah diperingatkan oleh bu hani. Tak lama, bel tanda pulang sekolah, akhirnya kami pun pulang.
Sepulang sekolah, pada hari itu juga, aku merasa, bahwa aku memang tak pantas untuk ilham. Karena ia adalah anak orang kaya. Dan aku hanyalah seorang gadis yang terlahir dari pasangan yang ayahku hanya bekerja sebagai pegawai negeri di sekolah dasar. dan lambat laun, perlahan urung niatku untuk mendapatkan hati ilham.
Tidak terasa, masa sma ku habis. Hari itu, kami yang menerima hasil kelulusan  dengan bersorak bahagia. Karena telah menerima hasil kelulusan. Dan akan melanjutkan ke  perguruan tinggi. Dari kejauhan, aku melihat ilham yang tersungging senyum manisnya, dengan ciri khas lesung pipit yang ada di pipi kanannya. Dalam hati, ingin rasanya aku bertanya, “hay ilham, apa kabar? Bagaimana hasilnya?”.hmm…kata sederhan. Yang mungkin anak sd juga bisa mengutaraknnya. Tapi aku, yang pada hari itu  sudah dinyatakan lulus sms, tidak bisa mengungkapkannnya. Entah apa perasan itu. Aku membencinya. Biarlah ,aku pikir itu hanya masa lalu. Mungkin beriiringnya waktu. Rasa itu kan pudar dan lenyap bagai debu yang terkikis oleh derasnya angin.
Seiringnya waktu, aku pun melanjutkan studiku ke perguruan tinggi. Yaitu universitas tanjungpura Pontianak. Pada kala itu, aku masih saja teringat si dia. Ya…ilham. Sosok pria yang ku kagumi hingga akau jadi seorang mahasiswi. Hmm…”dimana ia kuliyah sekarang?”. aku sungguh menyesal. Hanya untuk menanyakan, kemana ia melanjutkan pendidikannya pun aku tak sempat, apaagi meminta alamat atau no hpnya.
Setahun tak bertemu dengan sahabat lama di sma. Membuatku rindu untuk bertemu. Akhirnya, aku menuliskan sebuah pengumunman kepada teman—teman sma ku dulu lewat facebook. Untuk mengajak mereka reunian di sebuah  rumah makan dekat kampus. Pesanku dibalas oleh temanku. Dan alangkah terkejutnya aku. Orang pertama yang membalas pesan kronologiku di facebook adalah ilham. Terlihat pengiriman pesan itu dari jogja. Langsung aku terpikir untuk meminta no hpnya. Agar aku bisa menghubunginya serta menyakan kabarnya sekarang.
“Asslamualaikum ilham, kamu apa kabar” ujarku. Pesan singkatku dibalas walaupun butuh  4 jam aku menunggu balasan itu. “walaaikumsalam, baik sa. kamu?” Tanya balik ilham kepadaku. Sungguh pesan singkat yang luar biasa bagiku. Tak pernah terbayang olehku. Seseorng yang ku kagumi dulu sekarang membalas pesanku, walaupun hanya sekadar pesan singkat. Obrolan panjang, hingga pada akhirnya datang sebuah pesan singkat. “anisa, apakah sekarang kamu sudah memilki kekaksih?”
Jantungku berdebar luar biasa hebatnya. Jejariku tak mampu bergerak, seakan kaku dan membatu. Aku bingung harus menjawab apa. Hanya bergumam dalam hati, haruskah aku menjwabnya? Apa yang harus aku jawab? Apa alasaku? Beribu pertanyaan dalam hati, tapi tak mampu aku pungkiri. Aku ingin sekali menjawabnya. Menjawab pesan singkat dari ilham. sosok pria yang ku kagumi hingga kini aku menjadi mahasiswi.
Jikalau orang lain mengatakan pepatah, pucuk dicinta, ulampun tiba. Mungkin aku tidak demikian. Aku tak tahu harus berbuat apa. Pesan ini terlalu rumit untuk ku balas. Karena aku telah memiliki seseorang pengganti ilham. Dialah sosok penggnti ilham di hidupku, seniorku dikampus yang bernama ridwan. Seorang pria yang selalu mendampingiku, menghiburku kala ku sedih dan gundah mengingat ilham yang jauh dan tak pernah member kabar.
Pesanku bertambah, hpku berbunyi lagi. Dan ternyata dari ilham. “mengapa tidak dijawab sa,??”Tanya ilham kepadaku. Sungguh aku tak mampu berkutik. Perasaan apa ini. Ingin rasanya aku menjwab, kalau aku belum memiliki kekasih. Tetapi, bagaimana dengan ridwan. Ia lelaki terbaik dalah hidupku selama ilham tidak ada. Haruskah ku membiarkan ilham pergi untuk kedua kalinya. Ku rasa tidak.
Cinta adalah pengorbanan. Dulu aku bekorban untuk meninggalkan ilham. Mengorbankan hatiku untuk sakit, ditinggalkan ilham. Kini, aku sadar ridwan juga akan berkoban untukku. Aku akan meninggalkan ilham. Karena cinta pertamaku adalah ilham bukan ridwan. Dan inilah proses pendewasaan diri. “maafkan aku” ungkap dalam hatiku. Aku ingin mengejar cintaku yang lama ku tunggu yaitu ilham.
Butuh waktu memang, tetapi pada akhirnya aku memilih ilham. Dan meninggalkn ridwan. Dan ridwan yang tidak tahu apa salahnya, membuat hariku uring-uringan. Ia trus mendesak apa salahnya, apa yang telah ia perbuat hingga aku meninggalkannya. Dosa memang diriku. Karena menyakit ridwan yang dulu baik padaku. Tetapi salahkah aku. Ku juga ingin bahagia, aku ingin hidup dengan ilham. Cinta pertamku saat sma. Yang kini menginginkanku. Begitu dengan ku.
#to be countinue….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar