Minggu, 06 Juli 2014

debat capres 2014

Mengulas Balik dan Menganalisis Debat Capres 2014 Putaran Ke-3
Afriyanti
Kelas II A Reguler A


Debat calon presiden putaran ke-3 berlangsung baik. Semua itu didukung oleh partisipasi dari dua  calon presiden , dan moderator  yang baik dalam mengarahkan atau mengemudi jalannya debat . Adapun tema dari debat putaran ke-3 adalah “Politik Internasional dan Ketahanan Nasional”. Tema  yang  diusung ini, ditanggapi cukup baik oleh ke dua calon presiden. Hal tersebut dapat dibuktikan pada saat jalannya debat, karena ke dua calon presiden baik Jokowi maupun Prabowo dapat menjawab semua pertanyaan yang di layangkan oleh saudara moderator.
Moderator  pada debat putaran ke-3 ini dipilih berdasarkan ketentuan yang telah disepakati oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) bersama tim sukses dua pasangan calon presiden (capres) dan  calon wakil presiden (wapres). Dan dari hasil pembahasan beberapa nama  calon moderator yang diusulkan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) memilih dan menetapkan Prof. Hikmahanto Juawana, Guru Besar Fakultas Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI), untuk menjadi moderator debat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (wapres) pada putaran ke-3. Satu diantara alasan  KPU memillih Prof. Hikmahanto Juawana sebagai moderator pada debat putaran ke-3, adalah Prof. Hikmahanto Juawana sudah memenuhi syarat sebagai moderator dan paham betul terkait tema pada putaran debat ke-3, yaitu “Politik Internasional dan Ketahanan Nasional”.
Debat putaran ke-3 dari lima rangkaian yang telah dijadwalkan itu, dilaksanakan pada 22 Juni 2014 bertempat di Hotel Holiday Inn, Jakarta. Rangkaian debat calon presiden (capres) dan  calon wakil presiden (wapres) yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum ditayangkan pada satu diantara stasiun tv swasta yang ada di Indonesia. Debat yang mengusung tema “Politik Internasional dan Ketahanan Nasional” ini dimulai dari pukul 19.30 WIB.
Debat diawali dengan pembukaan dari moderator yang mengingatkan kembali mengenai aturan debat dan format acara debat yang telah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Adapun aturan dan format acara yang telah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)   terbagi menjadi enam bagian.  Bagian pertama, moderator akan   mempersilakan ke dua calon presiden, baik Jokowi maupun Prabowo untuk masing-masing menyampaikan visi dan misi dalam waktu empat menit. Ke dua, moderator akan mempertajam visi dan misi setiap calon presiden dalam waktu 3 menit. Ke tiga, moderator akan memberikan pertanyaan yang sama kepada kandidat calon presiden, untuk dijwab dalam waku maksimal 3 menit. Ke empat, moderator memberikan kesempatan kepada masing-masing calon presiden untuk saling bertanya dalam waktu satu menit dan menjawab pertanyaan dalam waktu dua menit. Ke lima, moderator akan memberikan kesempatan  kepada kedua calon presiden untuk saling bertanya, kemudian menanggapi jawaban. Ke enam, kedua calon presiden diberikan kesempatan kembali untuk bertanya, sekaligus  menanggapi jawaban. Acara berakhir dengan bagian terakhir, yaitu masing-masing calon presiden menyampaikan pernyataan penutup.
Text Box: 1Dilihat dari format acara dan aturan debat yang telah ditentukan oleh  Komisi Pemilihan Umum (KPU) berkenaan dengan tema pada debat putaran ke-3 ini  cukup baik, karena adanya penyampaian visi dan misi dari setiap calon presiden, pertajaman visi dan misi, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh moderator kepada calon presiden, dan saling lontar pertanyaan antara calon presiden sekaligus menanggapi jawaban, sehingga memunculkan sebuah polemik atau perdebatan, antar calon presiden.  
Text Box: 2Mengenai aturan dan format acara debat yang ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), dapat juga kita ketahui, bahwa terdapat kelemahan dari aturan tersebut. Khususnya waktu yang diberikan atau dibatasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Waktu yang diberikan dalam penyampaian visi dan misi, masing-masing calon presiden  sangat sedikit yaitu hanya  empat menit. Dalam penyampaian visi dan misi seorang calon presiden, seharusnya waktu yang diberikan lebih dari empat menit, Karena mereka dapat menyampaikan visi dan misi dengan jelas. Karena, dengan visi dan misi seorang calon presidenlah, rakyat dapat menilai kesungguhan seorang calon presiden untuk menjadi presiden sebuah negara.
Debat yang bertemakan “Politik Internasional dan Ketahanan Nasional” ini berlangsung menarik perhatian masyarakat. Banyak yang mengatakan bahwa debat putaran ke-3 ini lebih hidup, daripada debat sebelumnya, walaupun format acaranya sama seperti debat yang sebelumnya. Hal ini juga diperkuat dengan didukungnya kemampuan-kemampuan berkomunikasi dari kedua calon presiden. Baik dari segi kemampuan verbal maupun kemampuan non-verbal. Kemampuan komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi berupa kemampuan seseorang dalam berbahasa, mengolah kata-kata dan menyampaikan gagasan. Sedangkan kemampuan non-verbal adalah bentuk komunikasi yang tidak menggunakan bahasa atau secara lisan, melainkan dengan gerak tubuh atau dengan kata lain isyarat gerak dari seseorang yang berbicara.
Kemampuan komunikasi verbal calon presiden yang mengikuti debat putaran ke-3 ini dapat kita lihat dari cara mereka menyampaikan ide-ide, konsep serta gasan-gagasan mereka terhadap masa depan bangsa, khususnya yang berkaitan dengan politik internasional dan ketahanan nasional. Kita contohkan pada saat Prabowo menyampaikan visi dan misinya mengenai politik internasional dan ketahanan nasional negara Indonesia. Beliau mengatakan “kalau kita berbicara politik luar negeri dan ketahanan nasional, mau tidak mau kita berbicara tentang tujun kita bernegara, tujuan bernegara kita adalah tentunya mencari keamanan bersama, tetapi kemudian yang lebih penting adalah kita mencari kemakmuran kita bersama”, pernyataan tersebut dapat dikatakana bahwa dalam menyampaikan gagasan, adanya dasar atau yang mendasari inti dari apa yang akan disampaikan. Beberapa segmen debat juga  diselipkan dengan lelucon-lelucon baik dari pihak Prabowo, maupun pihak Jokowi. Hal tersebut dilakukan agar tidak tegangnya suasana debat.
Tidak jauh berbeda dengan kemampuan verbal. Kedua calon presiden ini juga memiliki kemampuan non-verbal yang cukup baik. Hal itu dapat  dilihat, dari sikap, gaya, gesture, dan cara mereka (capres) menegaskan gagasannya, ketika membuat sebuah pernyataan  maupun menanggapi pertanyaan lawan. Seperti ketika Jokowi mendengarkan pertanyaan dari moderator, ia menganggukkan kepalanya, bermakna mengerti atau paham terhadap pertanyaan yang diberikan, terkadang Jokowi juga mengerakkan satu diantara tangannya untuk memberikan penegasan terhadap apa yang ia sampaikan. Hal tersebut juga dilakukan serupa oleh Prabowo, ketika ia menegaskan sesuatu, ia juga mengerakkan tangan kirinya, dan menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan untuk menyatakan “kita semua”.
Kemampuan komunikasi itu sangat penting dalam berkomunikasi, khususnya dalam rangka debat yang berlangsung antar calon presiden. Mereka akan berusaha untuk meyakinkan audien atau pendengar ,agar mendukung apa yang ia katakan. Dalam rangkaian debat putaran ke-3 ini terdapat beberapa fakta unik mengenai kemampuan komunikasi kedua calon presiden ketika berdebat. Jika dikaitkan dengan hukum komunikasi efektif, kedua calon memiliki keunggulan dan kelemahan dalam komunikasi. Hukum  komunikasi efektif atau yang disingkat dengan “reach” adalah bentuk  komunikasi yang dijadikan landasan sikap seseorang dalam berkomunikasi yang  efektif untuk mencapai kesuksesan atau keberhasilan.  Adapun bentuk hukum komunikasi efektif itu terdiri dari; respect (menghargai), emphaty (empati), audible (terdengar), clarity (kejelasan), dan humble (rendah hati).
Text Box: 3Dalam mengembangkan komunikasi efektif, hukum pertama yang dilakukan adalah saling menghargai (respect) terhadap lawan bicara atau seseorang yang diajak berbicara. Sikap ini akan membangun komunikasi yang baik antara pembicara dan lawan bicara. Dan apabila dikaitkan dengan debat yang berlangsung antar calon presiden pada putaran ke-3, masing-masing calon presiden memiliki sikap respect terhadap satu sama lain, misalnya ketika moderator memaparkan pertanyaan kepada Prabowo.Prabowo  berusaha menyimak dan menghargai moderator yang sedang memberikan pemaparan, tanpa menyela atau memotong pembicaraan dari moderator. Begitu juga yang dilakukan oleh Jokowi, ketika beliau diberikan pertanyaan oleh Prabowo. Ia dengan seksama mendengarkan dan memperhatikan Prabowo yang memberikan pertanyaan, tanpa memotong pembicaraan Prabowo, dan berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Sikap yang ditunjukan oleh kedua calon presiden itu adalah sikap respect mereka atau cara mereka menghargai lawan bicara.
Sikap empati juga sangat diperlukan dalam berbicara efektif. Karena dalam berbicara, kita dituntut untuk mampu dalam menempatkan diri pada situasi dan kondisi yang dihadapi oleh orang lain atau lawan bicara. Hal itu terbukti dengan pernyataan Prabowo yang memahami pernyataan atau jawaban dari Jokowi, bahwa Jokowi setuju soal pentingnya Indosat sebagai hal yang sangat strategis , yang dijual pada era kepemimpinan Megawati. Kemudian ditanggapi kembali oleh Jokowi yang berbicara tentang alasan penjualan perusahaan tersebut dan menekankan, bahwa kita harus melihat kondisi pada saat era kepimimpinan Megawati dengan kondisi pada zaman sekarang itu berbeda.
Pemaparan yang jelas sangat bergantung pada cara penyampaian pembicara kepada audien atau lawan bicara. Lawan bicara akan mudah mengerti, apabila dalam penyampaian pesan atau gagasan, pembicara memaparkan dengan jelas dan tidak berbelit-belit. Berbicara mengenai kejelasan dalam penyampaian pesan, pada saat berlangsungnya debat calon presiden, Jokowi melontarkaan pertanyaan kepada Prabowo, dan seketika moderator mempersilakan Prabowo untuk menanggapi pertanyaan dari Jokowi, Prabowo meminta klarifikasi atau penjelasan maksud dari pertanyaan Jokowi yang lebih spesifik. Hal tersebut dilakukan agar lurusnya suatu jawaban atas pertanyaan yang diberikan dari Jokowi.
Selain sikap saling menghargai dan empati pada lawan bicara, sikap rendah hati juga merupakan satu diantara hukum komunikasi efektif. Sikap rendah hati sangat berkaitan erat dengan hukum pertama komunikasi efektif, yaitu dalam berkomunikasi harus saling menghargai satu sama lain. Hal ini juga terlihat dalam berlangsungnya debat calon presiden yang diselenggarakan pada 22 juni 2014. Kedua calon presiden tampak memiliki sikap rendah hati satu sama lain, Itu ditunjukan dengan, saling menghargai pendapat masing-masing calon presiden meskipun terdapat perdebatan. Perdebatan juga berjalan dengan sehat, karena kedua calon tidak saling mencaci, memaki atau memaksakan pendapat sendiri. Sikap rendah hati juga sangat tampak pada saat Prabowo menyatakan sependapat dengan apa yang disampaikan Jokowi perihal perlunya sertifikasi untuk para TKI yang dikirim ke luar negeri. Beliau menyatakan ia akan sependapat selama pendapat itu baik. Sikap mengakui kesamaan pendapat inilah bentuk kerendahan hati seorang calon presiden terhadap lawan bicaranya. Tidak hanya Prabowo, Jokowi juga memperlihatkan hal yang serupa. Ia membuat pernyataan tanpa melontarkan kata-kata yang kasar atas respon yang ditanggapi oleh Prabowo, perihal ketegasan Jokowi dalam mengambil tindakan. Jokowi mengatakan “jangan dipikir saya tidak bisa tegas, karena saya tidak ingin disebut tidak tegas”. Pernyataan tersebut dapat kita maknai, bahwa dalam menanggapi seseorang ketika berkomunikasi tidak harus melibatkan emosi dan cara yang dilakukan Jokowi adalah  menjawab dengan kerendahan hati tanpa melontarkan kata-kata kasar, meski sedikit menyinggung dari pihak lawan.
Text Box: 4Kedua calon presiden memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing dalam berbicara. Adapun bentuk kelemahan Prabowo dalam berkomunikasi  saat debat berlangsung adalah, kurang pekanya beliau terhadap maksud yang ingin disampaikan oleh Jokowi perihal terjualnya perusahaan Indosat. Sehingga muncul perselisihan perihal masalah tersebut. Tetapi seiringnya waktu, Prabowo juga memeperlihatkan keunggulan-keunggulannya ketika  menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh moderator. Seperti cepat tanggap dalam menjawab pertanyaan dan tegas dalam penyampaian pesan, yang menjadi ciri khas dari seorang Prabowo. Berbeda dengan kelemahan yang ada pada Prabowo, Jokowi juga memiliki kelemahan yang sangat jelas pada saat menyampaikan pernyataan atau menanggapi pertanyaan-pertanyaan, yaitu kurang maksimalnya dalam memanfaatkan waktu yang diberikan dan terbata-bata dalam meyampaikan pesan. Sehingga adanya jeda yang cukup lama, dan itu memperlihatkan Jokowi kurang siap dalam perdebatan. Dan tersirat, bahwa Jokowi seperti mencoba mencari ide untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Meski sedikit terbata-bata, Jokowi mampu menjawab pertanyaan baik dari moderator maupun lawan bicara (Prabowo) dengan santai tetapi serius, dan memberikan kepuasan bagi para pendukung-pendukung Jokowi. Hal itu juga menjadi ciri khas dari seorang Jokowi dalam berkomunikasi.
Text Box: 4Berdasarkan beberapa aspek dalam kemampuan berkomunikasi antar kedua calon presiden, dapat disimpulkan bahwa kedua calon presiden baik Jokowi maupun Prabowo memiliki kemampuan berkomunikasi yang cukup baik dan tidak kalah dengan kemampuan berkomunikasi pembicara-pembicara dunia seperti presiden Amerika Sarikat yaitu Barack Obama. Hal itu terbukti dengan kemampuan kedua calon dalam memberikan pernyatan-pernyatan yang cukup meyakinkan bagi audien  atau penonton. Sehingga audien atau penonton sangat antusias untuk menyaksikan berlangsungnya debat hingga akhir, meski tidak dipungkiri ada pro dan kontra diantara kedua belah pihak.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar