Jumat, 13 Maret 2015

PEMABAHASAN TENTANG TANDA, LAMBANG DAN KONSEP SEMANTIK



Nama         : Afriyanti
NiM           : F1011131055
Jurusan      : Bahasa Dan Sastra Indonesia

BAB I
Pembahasan
A.    Tanda
Tanda menurut KBBI  adalah  yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu. Tanda atau sign dapat dikatakan sebagai substitusi (penggantian) untuk hal lain. Oleh karena itu, tanda memerlukan interpretasi.
Teori tanda telah dikembangkan oleh seorang pemikir Amerika, Peirce, pada abad ke-18. Keberadaan teori tentang tanda ini kemudian dipertegas dengan munculnya buku The Meaning of Meaning: A Study of The Influence of Langue upon Thought and of the Science of Syombolism karya C.K. Odgen dan I.A. Richards tahun 1923.
Teori tanda mengalami perkembangan, dan kemudian dikenal dengan teori semiotik yang dikenal atas tiga cabang, yaitu (a) semantik, (b) sintaksis, dan (c) pragmatik. Semantik berhubungan dengan makna tanda-tanda, sintaksis berhubungan dengan kombinasi atau gabungan tanda-tanda, sedangkan pragmatik berhubungan dengan asal-usul, pemakaian, dan akibat pemakaian tanda-anda di dalam tingkah laku berbahasa.
Ada beberapa cara pengelompokan tanda. Berdasarkan sumber atau asal-usulnya, tanda dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: Tanda yang ditimbulkan oleh alam yang diketahui manusia karena pengalaman, misalnya:
a)      Hari mendung adalah tanda akan segera turun hujan,
b)      Asap membumbung adalah tanda adanya kebakaran,
c)      Petir adalah tanda hujan akan turun lebat;
Tanda yang ditimbulkan oleh binatang yang diketahui manusia dari suara binatang tersebut, misalnya:
a)      Anjing menggonggong adalah tanda ada orang yang masuk halaman rumah,
b)      Ayam berkokok adalah tanda hari mulai pagi;
a)      Tanda yang ditimbulkan oleh manusia.
Tanda yang ditimbulkan oleh manusia dibedakan menjadi dua jenis yaitu, bersifat verbal dan bersifat nonverbal. Tanda yang bersifat verbal adalah tanda-tanda yang digunakan sebagai alat komunikasi, diihasilkan oleh alat bicara, sedangkan tanda bersifat nonverbal adalah tanda-tanda yang dihasilkan selain dari alat bicara manusia.
      Berikut contoh tanda yang bersifat nonverbal melalui gerakan anggota badan (body gesture) atau dikenal dengan istilah bahasa isyarat dan yang bersifat nonverbal melalui suara atau bunyi. Contoh tanda yang bersifat nonverbal melalui  gerakan anggota badan, yaitu:
a)      acungan jempol sebagai tanda hebat atau bagus,
b)      anggukan sebagai tanda hormat atau  pernyataan ya,
c)      gelengan kepala sebagai tanda pernyataan tidak atau bukan.
Contoh tanda yang bersifat nonverbal melalui suara atau bunyi, yaitu:
a)      siulan sebagai tanda gembira, panggilan,
b)      jeritan sebagai tanda sakit, ada bahaya, permintaan pertolongan,
c)      batuk kecil sebagai tanda ingin berkenalan, ada orang lewat.
Tanda-tanda dapat dibagi atas, (a) tanda yang sistematis dan (b) tanda yang tidak sistematis. Tanda yang dimbulkan oleh anggota badan termasuk tanda yang tidak sistematis, sedangkan tanda-tanda berupa rambu-rambu lalu-lintas termasuk tanda yang sistematis. Dikatakan sistematis karena tanda-tanda tersebut bergerak secara sistematis, misalnya warna merah bermakna berhenti, warna hijau bermakna silakan jalan, dan warna kuning bersiap untuk melanjutkan perjalanan.
Tanda dapat pula dibedakan berdasarkan indera yang digunakan sebagai dasar acuan. Berdasarkan hal ini, tanda terbagi menjadi tiga jenis, yakni:
a)   auditif  (indera pendengaran), misalnya beduk sebagai tanda tibanya waktu   sholat; sirene sebagai tanda ada orang terkena musibah (sakit atau meninggal), bel sebagai tanda ada tamu yang hendak masuk ke rumah;
b)   visual (berhubungan dengan indera penglihatan), misalnya rambu lalu-lintas;
c)   audio-visual (berhubungan dengan penglihatan dan pendengaran), misalnya ambulans yang membunyikan sirene dan lampu merah yang berputar-putar di atasnya sebagai tanda minta diberi jalan agar bisa segera sampai ke tujuan (rumah sakit atau tempat pemakaman).
      Ada pula tanda yang diklasifikasikan berdasarkan perbedaan yang fundamental. Perbedaan tersebut meliputi: (1) ikonik (pembayangan), seperti :foto, peta, model ; dan (2) konvensional (berdasarkan kesepakatan umum) misalnya bahasa karena bahasa adalah sistem tanda yang konvensional.
      Tanda berbeda dengan simbol atau lambang. Perbedaannya terlatak pada hubungannya dengan kenyataan. Tanda memilki hubungan langsung dengan kenyataan, sedangkan lambang atau simbol tidak memiliki hubungan langsung dengan kenyataan. Misalnya, papan yang berbentuk bulat bercat putih dan di tengahnya terdapat lintangan berwarna merah yang dipasang pada sebuah patok di satu di antara sudut jalan adalah tanda yang bermakna bahwa jalan itu dilarang untuk dimasuki kendaraan. Orang-orang yang melihat tanda tersebut tidak akan memasuki jalan yang dikenakan tanda itu. Disamping itu, tanda lebih bersifat universal. Artinya, siapa pun orangnya, dari mana pun ia berasal, ia akan tahu makna tanda tersebut tanpa harus mempelajari bahasa suatu negara tersebut, sedangkan simbol atau lambang tidak bersifat universal karena seseorang akan dapat memahami suatu lambang kalau ia menguasai bahasa dari lambang atau simbol yang digunakan.
B.     Lambang atau simbol
Lambang memiliki pengertian sebagai sesuatu seperti tanda (lukisan, tulisan, perkataan) yang menyatakan suatu hal, yang mengandung suatu makna tertentu. Chaer mengemukakan (2013: 37) bahwa lambang sebenarnya juga adalah tanda. Hanya bedanya lambang tidak memberi tanda secara langsung, melainkan melalui sesuatu yang lain. Misalnya warna merah pada bendera Sang Merah Putih merupakan lambang “keberanian”, dan warna putih merupakan lambang “kesucian”. Gambar padi dan kapas pada burung Garuda Pancasila melambangkan”keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Lambang atau simbol merupakan tanda yang bersifat konvensional yang dihasilkan manusia melalui alat ucapnya. Menurut Plato dalam Prawirasumantri (1998: 24) bahwa lambang atau simbol adalah kata dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang kita hayati di dunia yang berupa rujukan oleh lambang tersebut. Seperti kata Odgen dan Ridchard (1972: 9) dalam Chaer (2013: 38) bahwa lambang ini bersifat konvensional , perjanjian; tetapi ia dapat diorganisasi, direkam dan dikomunikasikan.
Bunyi-bunyi bahasa atau satuan bahasa sebenarnya termasuk lambang sebab sifatnya konvensional. Untuk memahami makna atau yang diacu oleh bunyi-bunyi bahasa itu kita harus mempelajarinya. Tanpa memepelajarinya, orang Inggris tidak akan tahu bahwa <meja> dalam bahasa Indonesia adalah ‘table’ dalam bahasanya.
C.     Konsep
‘Konsep’ merupakan istilah yang diajukan Lyons sebagai pengganti istilah ‘thought’ atau ‘reference’. Istilah ‘konsep’ sebenarnya sama dengan istilah ‘makna’. Jika kita berbicara tentang konsep atau makna, kita tidak bisa mengabaikan keberadaan dua unsure dasar dalam sistem tanda yang secara langsung memiliki hubungan dengan konsepatau makna, yaitu:
1)         Signifiant: unsur abstrak yang terwujud dalam lambang atau simbol,
2)         Signifikantor: yang dengan adanya makna dalam lambang atau simbol itu mampu mengadakan penjulukan, melakukan proses berfikir, dan mengadkan konseptualisasi.
Lambang atau  simbol adalah satuan bahasa yang berupa kata atau kalimat; acuan atau referent adalah objek, peristiwa, fakta atau proses di dalam dunia pengalaman manusia, sedangkan konsep atau pikiran atau reference adalah apa yang ada dalam benak kita tentang objek yang ditunjukan oleh lambang atau simbol.
Antara konsep dan lambang terdapat hubungan timbale balik. Misalnya, kata ‘’rokok’ yang diujarkan oleh seorang penutur dapat menyebabkan penanggap tutur memikirkan kata tersebut. Demikian pula si penutur. Dengan konsepnya dia memakai lambang “r-o-k-o-k’ untuk mengacu pada objek yang sama. Dengan  kata lain, sebelum seseorang mengatakan suatu lambang, di dalam benaknya sudah ada konsep (makna). Kemudian lambang itu dimaknai oleh si penanggap tutur.
Setiap lambang atau simbol yang berupa kata mempunyai konsep. Konsep dapat dikenali dalam keberadaanya sendiri (lepas atau bebas konteks) atau melalui relasi dengan satuan bahasa lainnya (terikat konteks). Kata berkonsep yang bebas konteks terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang acuannya dapat dihindari dan yang acuannya tidak dapat dihindari. Dengan demikian, ada tiga kelompok kata yang dimanfaatkan untuk kegiatan komunikasi, yaitu:
1)   kata yang berkonsep, bebas konteks, acuannya dapat dihindari; ‘kursi’, ‘anggur’, ‘lemari’, ‘kuda’;
2)   kata yang berkonsep, bebas konteks, acuannya tidak dapat dihindari: ‘demokrasi’, ‘sakit’, ‘panjang’;
3)   kata yang berkonsep, tetapi harus terikat konteks: ‘yang’, ‘tetapi’, ‘dan’, ‘karena’.

Daftar Pustaka
Pateda, Mansur. 1986. Semantik Leksikal. Ende-Flores: Nusa Indah.
Sulistyowati. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: CV. Buana Raya.
Prawirasumantri, Abud.,dkk. 1998. Semantik Bahasa Indonesia:  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Senin, 09 Maret 2015

PUISIKU




jangan buat hatiku keruh dan menjadi-jadi, karena ku takut akan kehilanganmu

 
 
kesalku 

Ku akui
Suasana menjadi kaku
Mata enggan menatap
Kata-kata begitu singkat terucap
Apa ini balasan?

Rasa ini tak kan lama
Jikaku  goyah dengan suasana
Musim kan berganti
Gersang kan menyambut
menghela semua kasih putih
dan aku,
 berkapar diantara kata-kata pujangga
yang pedih lalu terpejam
bawa kenangan

ku  sadar
kapal ku kan berlayar jauh
menuju lidah pantai yang siap menghantar
pada kisah baru
maka, jangan kau lena
atau kau kan bertemu luka.


Jumat, 06 Maret 2015

STRUKTUR PARAGRAF, PENYUSUNAN PARGRAF DAN JENIS-JENIS PARAGRAF SERTA CONTOHNYA


NAMA: AFRIYANTI
NIM: F1011131055
FKIP UNTAN
Struktur dan Jenis-Jenis Paragraf
1.      Struktur paragraf
Penyusunan struktur paragraf didasarkan pada dua hal. Pertama, berdasarkan berbagai kemungkinan kelengkapan unsur paragraf. Kedua, berdasarkan berbagai kemungkinan posisi unsur paragraf.
Kelengkapan unsur paragraf menyangkut semua unsur yang ada dalam suatu paragraf. Kemungkinan pertama, semua unsur, yaitu (1) transisi, (2) kalimat topik, (3) kalimat pengembang, (4) kalimat penegas ada dalam paragraf. Kemungkinan kedua, hanya tiga unsur yang ada, yaitu (1) transisi, (2) kalimat topik, (3) kalimat penegas atau (1) kalimat topik, (2) kalimat pengembang, dan (3) kalimat penegas. Kemungkinan ketiga, dua unsur yang muncul dalam paragraf, yaitu (1) kalimat topik dan (2) kalimat pengembang (Tarigan, 2008: 17).
a.       Kemungkinan pertama
Kemungkinan pertama, paragraf yang memiliki unsur lengkap. Susunannya adalah transisi (berupa kalimat), kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas. Berikut contoh paragraf kemungkinan pertama, dengan unsur-unsur paragraf terperinci sebagai berikut; transisi (1); kalimat topik (2); kalimat pengembang  (3), (4), dan (5); kalimat penegas (6).
(1)   Suatu karangan biasanya mengandung tiga bagian utama, yakni bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. (2) Setiap bagian tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. (3) Bagian pendahuluan mempunyai fungsi sebagai salah satu diantara fungsi untuk menarik minat pembaca, mengarahkan perhatian pembaca, menjelaskan secara singkat tema karangan, menjelaskan bila dan di bagian mana suatu halakan dibicarakan. (4) Fungsi bagian isi, antara lain, penjelasan terperinci terhadap apa yang diutarakan di bagian penddahuluan. (5) Fungsi bagian penutup adalah kombinasi dari fungsi untuk memberikan simpulan, penekanan bagian-bagian tertentu, klimaks, melengkapi, dan merangsang pembaca mengerjakan sesuatu tentang apa yang sudah dijelaskan atau diceritakan. (6) Jadi, setiap bagian utama karangan mempunyai fungsi tertentu.

b.      Kemungkinan kedua
Kemungkinan kedua adalah sama dengan kemungkinan ke- 1, tetapi transisinya berupa kata. Susunannya adalah transisi (berupa kata), kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas. Berikut contoh paragraf kemungkinan pertama, dengan unsur-unsur paragraf terperinci sebagai berikut; transisi (1); kalimat topik (2); kalimat pengembang  (3), (4), (5), dan (6); kalimat penegas (7).
(1)Di mana-mana, (2) anggota masyarakat mem-bicarakan kenaikan harga. (3) Ibu-ibu, sambil belanja di pasar, menggerutu tentang belanja dapur yang semangkin meningkat. (4) Bapak-bapak di kantor asyik memperbincangkan efek kenaikan harga BBM terhadap pengeluaran sehari-hari. (5) Pengusaha bus sibuk mengalkulasi harga penyesuaian karcis penumpang bus. (6) Abang becak secara diam-diam sepakat menaikan tarif becak menjadi du kal lipat. (7)Pendek kata, semua orang membicarakan akibat kenaikan harga BBM.

c.       Kemungkinan ketiga
Kemungkinan ketiga adalah paragaraf yang memiliki tiga unsur. Susunannya adalah kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas. Berikut contoh paragraf kemungkinan ketiga, dengan unsur-unsur paragraf terperinci sebagai berikut; kalimat topik (1); kalimat pengembang (2), (3), (4), dan (5); kalimat penegas (6).
(1)Nasib pegawai negeri berangsur-angsur akan diperbaiki. (2)Penghasilan mereka sejak tahun 2014 sudah beberapa kali dinaikkan. (3) Dosen, kepala SD, SMP, dan SMA serta tenaga peneliti bahkan sudah diberikan tunjangan fungsional. (4)Perumahan bagi pegawai negeri berangsur-angsur ditambah dengan bantuan BTN. (5)Jaminan kesehatan, walaupun belum sempurna, sudah dilaksanakan melalui penggunaan asuransi kesehaatan (Askes). (6)Banyak upaya yang telah, sedang dan akan dilaksakan oleh pemerintah untuk perbaikan nasib pegawai negeri.

d.      Kemungkinan keempat
Kemungkinan keempat, paragraph yang memiliki  tiga unsur. Susunannya adalah transisi (berupa kata), kalimat topik, dan kalimat pengembang. Berikut contoh paragraf kemungkinan ketiga, dengan unsur-unsur paragraf terperinci sebagai berikut; transisi (1); kalimat topik (2); kalimat pengembang (3), (4), (5), (6) dan (7).
(1)Umumnya, (2)orang yang akan istirahat memilih tempat yang sejuk dan jauh dari keramaian. (3)Pilihan pertama adalah puncak dan sekitarnya.(4) Selain itu, di Lembang yang sejuk dan segar.(5) Orang-orang di sekitar Surabaya akan memilih Malang sebagai tempat istirahat. (6)Di daerah Medan, boleh pilih Bandar Baru atau Brastagi. Di daerah Cirebon, orang tentu saja akan beristirahat di Linggarjati.

e.       Kemungkinan kelima
Kemungkinan kelima, sama dengan kemungkinan yang keempat, tetapi transisinya berupa kaalimat. Susunannya adalah transisi (berupa kalimat), kalimat topik, dan kalimat pengembang. Berikut contoh paragraf kemungkinan kelima, dengan unsur-unsur paragraf terperinci sebagai berikut; transisi (1); kalimat topik (2); kalimat pengembang (3), (4), dan (5).
(1)Tugas universitas atau institut di Indonesia melaksanakan “Tri Dharma Perguruan Tinggi”. (2)Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi bidang pengajaran dan pendidikan serta penelitian dan pengabdian  masyarakat. (3)Bidang pengajaran dan pendidikan meliputi tugas melaksanakan perkuliahan, penataran, atau pun crash program.(4) Di bidang penelitian, para staf pengajar diwajibkan mengadakan penelitian untuk mengembangkan atau pun memanfaatkan ilmu pengetahuan.(5) Di bidang pengabdian masyarakat, masyarakat perguruan tinggi harus mendarmabaktikan ilmunya bagi kepentingan masyarakat, seperti memberikan penyuluhan, penataran, dan saran-saran.

f.       Kemungkinan keenam
Kemungkinan keenam, paragraf memiliki dua unsur. Susunannya adalah kalimat topik dan kalimat pengembang. Berikut contoh paragraf kemungkinan keenam, dengan unsur-unsur paragraf terperinci sebagai berikut; kalimat topik (1); kalimat pengembang (2), (3), (4), (5) dan (6).
(1)Pekerjaannya bertumpuk-tumpuk. (2)Draf peraturan akademik baru setengah jadi.(3) Tugas menyusun proposal penelitian belum satu pun digarapnya. (4) Tiba-tiba, datang tugas baru, yaitu menyusun tata tertib di kantornya. (5) Pekerjaan tersebut belum selesai, muncul pula tugas tambahan menyediakan bahan untuk penataran minggu depan.(6) Pekerjaan mengajar juga harus dilaksanakannya setiap  6 jam seminggu.

g.      Kemungkinan ketujuh
Kemungkinan ketujuh, paragraf yang memiliki dua unsur. Susunannya adalah kalimat pengembang dan kalmat topik. Berikut contoh paragraf kemungkinan ketujuh, dengan unsur-unsur paragraf terperinci sebagai berikut; kalimat pengembang (1),(2), (3), (4), (5) dan (6); kalimat topik (7).
(1)Menghentikan bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurn.(2) Tembakan kaki kanan dan kaki kiri selalu tepat arhnya dank eras. (3)Sundulan kelapanya sering memperdayakan kipper lawan. (4)Bola seolah-olah menurut kehendaknya.(5) Larinya cepat bagikan kijang. (6) Lawan sukar unuk mengambil bla dari kakinya.(7) Robi benar-benar pemain bola jempolan.

h.      Kemungkinan kedelapan
Kemungkinan kedelapan, paragraf yang memiliki dua unsur. Susunannya adalah kalimat pengembang dan kalimat topik, tetapi kembali lagi ke kalimat pengembang. Berikut contoh paragraf kemungkinan kedelapan, dengan unsur-unsur paragraf terperinci sebagai berikut; kalimat pengembang (1), (2), (3), (4), dan (5); kaliimat topik (6); kalimat pengembang (7), (8), (9), dan (10).
(1)Tingkah lakunya menawan. (2)Tutur katnya juga sopan. (3)Murah senyum dan jarang marah. (4)Tidak pernah berbohong. (5)Tidak mau membicarakan perihal orang lain. (6) Memang, Nisa gadis pujaan. (7)Tambahan lagi, wajah yang cantik. Pandai pula berdandan.(8) Otaknya cukup encer. (9) Mudah diajak bicara. (10) Ramah terhadap siapa pun.

2.      Jenis-jenis paragraf
a)      Paragraf deduksi
Paragraf deduksi adalah paragraf yang berpolakan umum ke khusus, dan  kalimat topiknya terletak di awal paragraf. Kalimat topik tersebut dikembangkan dengan pemaparan atau pun deskripsi sampai bagian-bagian kecil sehingga pengertian kalimat topik yang bersifat umum menjadi jelas. Berikut contoh paragraf deduksi atau deduktif.
Harga sebagian barang pokok bergerak naik. Beras seminggu lalu beharga Rp5.000,00/kg kini berubah jadi Rp6.500,00/kg. gula pasir melonjak dari Rp5.500,00/kg menjadi Rp6.500,00/kg. minyak kelapa mengalami penaikan yang sangat tinggi mencapai Rp12.000,00/liter dari seebelumnya. Terigu kini mencapai Rp7.000,00/kg, sedangkan minggu lalu masih Rp5.000,00.
Contoh di atas memperlihatkan bahwa kalimat pertaa merupakan kalimat topik. Hal ini terlihat pada pernytaannya yang merangkum semua pernyataan dalam paragraf tersebut. Semtara itu, kalimat-kalimat selanjutnya merupakan kalimat pengembangan dari kalmia topik tersebut.
b)      Paragraf induksi
Paragraf  induksi adalah paragraf yang pola pengembangannya dari khusus ke umum, dan kalimat topiknya terletak di akhir paragraf. Paragraf ini dimulai dengan penjelasan bagian-bagian konkret atau khusus yang dituangkan dalam beberapa kalimat pengembang. Sampai pada simpulan yang dinyatakan sebagai kalimat topik pada bagian akhir paragraf. Berikut contoh paragraf induksi atau induktif.
Hari ini, jam meja yang biasanya berdering pukul 08.00 untuk membangunkan Kiki, diam membisu karena lupa diputar. Akibatnya, Kiki terlambat bangun. Cepat-cepat Kiki menuju kamar mandi, dan ternyata sabun mandi yang ia gunakan sudah habis. Ketika mau sarapan, ternyata air dan rotinya juga habis. Tambahan lagi, sewaktu menunggu bus, Kiki diguyur hujan, sehingga pakainnya basah kuyup. Tidak hanya terlambat dan basah kuyup, di kantor Kiki mendapat omelan dari atasannya. Sungguh sial sekali nasib Kiki pada hari itu.

Contoh paragraf di ats adalah paragraf induksi yang kalimat topiknya terdapat di akhir paragraf, yaitu “kesialan nasib Kiki”. Simpulaan ini dinyatakan dalam kalimat topik di akhir paraagraf. Kalimat-kalimat sebelumnya merupakan kalmia pengembangan. Kalimat-kalimat pengembangan tersebut menyatakan peristiwa-peristiwa yang mendukung kalimat topik, yaitu kesialan yang menimpa Kiki.
c)      Paragraf campuran
Paragraf campuran adalah paragraf  yang kalimat topiknya terdapat diawal paragraf dan diakhir paragraf. Paragraf dapat dimulai dengan kaalimat topik disusul kalimat pengembang dan diakhiri kalimat penegas. Berikut contoh paragraf campuran.
Gengsi irama dangdut semangkin meningkat. Bila dahulu irama dianggap kampungan, peralatan asal ada dan tempat pertunjukannya pun di daerah pinggiran, kini suasana berubah. Irama dangdut tidak lagi dianggap sebagai kampungan. Peralatannya lengkap, megah, dan modern tidak kalah dengan peralatan grup musik pop. Irama dangdut sudah biasa muncul di pesta-pesta besar. Bahkan, irama dangdut muncul di tempat-tempat mewah, seperti hotel, klub malam dan acara pemilu. Jelaslah, bahwa irama ini sudah menembus kaum “gedongan” dan kampus .

Kalimat topik diatas adalah “gengsi irama dangdut semangkin meningkat”. Kalimat topik ini terdapat pada kalimat pertama paragraf tersebut. Setelah disleingi oleh kalimat-kalimat pengembang, kalimat topik tersebut ditegaskan kembali dalam kalimat terakhir dengan bahsa yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Djago. 2008. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung: Angkasa