Pagi yang berkabut. Seketika aku
membuaka pintu rumah kecilku. Entah apakah gerangan, hari ini tampak berbeda daripada hari sebelumnya. Langit
seakan ingin sampaikan pesan, jikalau aku seharusnya hendak berdiam diri
dirumah kecilku, tanpa beraktivitas diluar keramaian. Kusibak tirai jingga
dikaca panjangku, ku tatap awan masih enggan beranjak dari duka yang
menyelimutinya. Mungkin ini cara langit menyapa, ketika ia mulai bosan dengan
hari-hari yang ceria.
Nada-nada yang mengalun dan
berdendang ditelinga pada saat itu, menyibukkanku. Hingga aku tak sadar, waktu
telah berganti detik demi detik. Tetapi tetap saja, semua masih berada ditempat
lusuh mereka, membaringkan diri sembari memeluk bantal kesayangan. Melepas lelah,
karena waktu yang tidak berkucukupan, siang pun tak jadi masalah karena
matahari tak akan mengomel dan memarahi mereka. Burung-burung tak akan sibuk
dengan urusan mereka, karena ia juga sibuk mencari rezeki tuhan diluar sana. Dan
ayam pun mulai lelah, karena tugasnya sudah selesai.
Indahnya hidup, akan dirasakan
ketika manusia itu menyadari betapa mulianya waktu yang diberikan tuhan. Waktu yang
sama, tetapi pemanfaatan yang berbeda-beda. Dengan ini, aku mulai teringat pada
sosok, seorang ibu. Yang selalu repot, ketika anak-anaknya tidak beranjak dari
tempat tidurnya. Ia akan mengomel dan bahkan merayu sang putri kecilnya untuk
sadar akan waktu, tuk sadar akan kewajiban sebagai hamba tuhan. Perlahan ia
berbisik, kemudian menyenandungkan kata-kata bahwa sudah waktunya untuk shalat.
Dan, mata yang berat tadi, seakan tidak mampu untuk kubuka, menjadi mulai
terangkat dan kuringankan kedua kaki serta tubuh yang sedikit malas akan
aktivitas dan rutinitas itu. Bismillah…
Dialah sang motivator hidup. Alarm
dunia terbaikku, IBU.
SAYANG IBU , ^_^

Tidak ada komentar:
Posting Komentar