Mengulas
Balik dan Menganalisis Debat Capres 2014 Putaran Ke-3
Afriyanti
Kelas
II A Reguler A
Debat
calon presiden putaran ke-3 berlangsung baik. Semua itu didukung oleh
partisipasi dari dua calon presiden ,
dan moderator yang baik dalam
mengarahkan atau mengemudi jalannya debat . Adapun tema dari debat putaran ke-3
adalah “Politik Internasional dan Ketahanan Nasional”. Tema yang
diusung ini, ditanggapi cukup baik oleh ke dua calon presiden. Hal
tersebut dapat dibuktikan pada saat jalannya debat, karena ke dua calon
presiden baik Jokowi maupun Prabowo dapat menjawab semua pertanyaan yang di
layangkan oleh saudara moderator.
Moderator
pada debat putaran ke-3 ini dipilih
berdasarkan ketentuan yang telah disepakati oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) bersama tim sukses dua pasangan calon presiden (capres)
dan calon wakil presiden (wapres). Dan
dari hasil pembahasan beberapa nama calon
moderator yang diusulkan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) memilih dan menetapkan
Prof. Hikmahanto Juawana, Guru Besar Fakultas Hubungan Internasional
Universitas Indonesia (UI), untuk menjadi moderator debat calon presiden
(capres) dan calon wakil presiden (wapres) pada putaran ke-3. Satu diantara
alasan KPU memillih Prof. Hikmahanto
Juawana sebagai moderator pada debat putaran ke-3, adalah Prof. Hikmahanto
Juawana sudah memenuhi syarat sebagai moderator dan paham betul terkait tema
pada putaran debat ke-3, yaitu “Politik Internasional dan Ketahanan Nasional”.
Debat
putaran ke-3 dari lima rangkaian yang telah dijadwalkan itu, dilaksanakan pada
22 Juni 2014 bertempat di Hotel
Holiday Inn, Jakarta. Rangkaian debat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (wapres) yang digelar
oleh Komisi Pemilihan Umum ditayangkan pada satu diantara stasiun tv swasta
yang ada di Indonesia. Debat yang mengusung tema “Politik Internasional dan
Ketahanan Nasional” ini dimulai dari pukul 19.30 WIB.
Debat
diawali dengan pembukaan dari moderator yang mengingatkan kembali mengenai
aturan debat dan format acara debat yang telah ditentukan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU). Adapun aturan dan format acara yang telah ditentukan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) terbagi menjadi
enam bagian. Bagian pertama, moderator
akan mempersilakan ke dua calon
presiden, baik Jokowi maupun Prabowo untuk masing-masing menyampaikan visi dan
misi dalam waktu empat menit. Ke dua, moderator akan mempertajam visi dan misi
setiap calon presiden dalam waktu 3 menit. Ke tiga, moderator akan memberikan
pertanyaan yang sama kepada kandidat calon presiden, untuk dijwab dalam waku
maksimal 3 menit. Ke empat, moderator memberikan kesempatan kepada
masing-masing calon presiden untuk saling bertanya dalam waktu satu menit dan menjawab
pertanyaan dalam waktu dua menit. Ke lima, moderator akan memberikan
kesempatan kepada kedua calon presiden
untuk saling bertanya, kemudian menanggapi jawaban. Ke enam, kedua calon
presiden diberikan kesempatan kembali untuk bertanya, sekaligus menanggapi jawaban. Acara berakhir dengan
bagian terakhir, yaitu masing-masing calon presiden menyampaikan pernyataan
penutup.
Debat
yang bertemakan “Politik Internasional dan Ketahanan Nasional” ini berlangsung
menarik perhatian masyarakat. Banyak yang mengatakan bahwa debat putaran ke-3
ini lebih hidup, daripada debat sebelumnya, walaupun format acaranya sama
seperti debat yang sebelumnya. Hal ini juga diperkuat dengan didukungnya
kemampuan-kemampuan berkomunikasi dari kedua calon presiden. Baik dari segi
kemampuan verbal maupun kemampuan non-verbal. Kemampuan komunikasi verbal adalah
bentuk komunikasi berupa kemampuan seseorang dalam berbahasa, mengolah
kata-kata dan menyampaikan gagasan. Sedangkan kemampuan non-verbal adalah
bentuk komunikasi yang tidak menggunakan bahasa atau secara lisan, melainkan
dengan gerak tubuh atau dengan kata lain isyarat gerak dari seseorang yang
berbicara.
Kemampuan
komunikasi verbal calon presiden yang mengikuti debat putaran ke-3 ini dapat
kita lihat dari cara mereka menyampaikan ide-ide, konsep serta gasan-gagasan
mereka terhadap masa depan bangsa, khususnya yang berkaitan dengan politik
internasional dan ketahanan nasional. Kita contohkan pada saat Prabowo menyampaikan
visi dan misinya mengenai politik internasional dan ketahanan nasional negara
Indonesia. Beliau mengatakan “kalau kita berbicara politik luar negeri dan
ketahanan nasional, mau tidak mau kita berbicara tentang tujun kita bernegara,
tujuan bernegara kita adalah tentunya mencari keamanan bersama, tetapi kemudian
yang lebih penting adalah kita mencari kemakmuran kita bersama”, pernyataan
tersebut dapat dikatakana bahwa dalam menyampaikan gagasan, adanya dasar atau
yang mendasari inti dari apa yang akan disampaikan. Beberapa segmen debat
juga diselipkan dengan lelucon-lelucon
baik dari pihak Prabowo, maupun pihak Jokowi. Hal tersebut dilakukan agar tidak
tegangnya suasana debat.
Tidak
jauh berbeda dengan kemampuan verbal. Kedua calon presiden ini juga memiliki
kemampuan non-verbal yang cukup baik. Hal itu dapat dilihat, dari sikap, gaya, gesture, dan cara mereka (capres)
menegaskan gagasannya, ketika membuat sebuah pernyataan maupun menanggapi pertanyaan lawan. Seperti ketika
Jokowi mendengarkan pertanyaan dari moderator, ia menganggukkan kepalanya,
bermakna mengerti atau paham terhadap pertanyaan yang diberikan, terkadang
Jokowi juga mengerakkan satu diantara tangannya untuk memberikan penegasan
terhadap apa yang ia sampaikan. Hal tersebut juga dilakukan serupa oleh
Prabowo, ketika ia menegaskan sesuatu, ia juga mengerakkan tangan kirinya, dan
menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan untuk menyatakan “kita semua”.
Kemampuan
komunikasi itu sangat penting dalam berkomunikasi, khususnya dalam rangka debat
yang berlangsung antar calon presiden. Mereka akan berusaha untuk meyakinkan
audien atau pendengar ,agar mendukung apa yang ia katakan. Dalam rangkaian
debat putaran ke-3 ini terdapat beberapa fakta unik mengenai kemampuan
komunikasi kedua calon presiden ketika berdebat. Jika dikaitkan dengan hukum
komunikasi efektif, kedua calon memiliki keunggulan dan kelemahan dalam
komunikasi. Hukum komunikasi efektif
atau yang disingkat dengan “reach”
adalah bentuk komunikasi yang dijadikan
landasan sikap seseorang dalam berkomunikasi yang efektif untuk mencapai kesuksesan atau
keberhasilan. Adapun bentuk hukum
komunikasi efektif itu terdiri dari; respect (menghargai), emphaty (empati), audible (terdengar), clarity
(kejelasan), dan humble (rendah hati).
Dalam mengembangkan komunikasi efektif, hukum pertama yang dilakukan
adalah saling menghargai (respect) terhadap lawan bicara atau seseorang
yang diajak berbicara. Sikap ini akan membangun komunikasi yang baik antara
pembicara dan lawan bicara. Dan apabila dikaitkan dengan debat yang berlangsung
antar calon presiden pada putaran ke-3, masing-masing calon presiden memiliki sikap
respect terhadap satu sama lain, misalnya ketika moderator memaparkan
pertanyaan kepada Prabowo.Prabowo berusaha
menyimak dan menghargai moderator yang sedang memberikan pemaparan, tanpa
menyela atau memotong pembicaraan dari moderator. Begitu juga yang dilakukan
oleh Jokowi, ketika beliau diberikan pertanyaan oleh Prabowo. Ia dengan seksama
mendengarkan dan memperhatikan Prabowo yang memberikan pertanyaan, tanpa
memotong pembicaraan Prabowo, dan berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Sikap
yang ditunjukan oleh kedua calon presiden itu adalah sikap respect
mereka atau cara mereka menghargai lawan bicara.
Sikap empati juga sangat diperlukan dalam
berbicara efektif. Karena dalam berbicara, kita dituntut untuk mampu dalam
menempatkan diri pada situasi dan kondisi yang dihadapi oleh orang lain atau
lawan bicara. Hal itu terbukti dengan pernyataan Prabowo yang memahami
pernyataan atau jawaban dari Jokowi, bahwa
Jokowi setuju soal pentingnya Indosat sebagai hal yang sangat strategis , yang
dijual pada era kepemimpinan Megawati. Kemudian ditanggapi kembali oleh Jokowi
yang berbicara tentang alasan penjualan perusahaan tersebut dan menekankan,
bahwa kita harus melihat kondisi pada saat era kepimimpinan Megawati dengan
kondisi pada zaman sekarang itu berbeda.
Pemaparan yang jelas sangat bergantung pada
cara penyampaian pembicara kepada audien atau lawan bicara. Lawan bicara akan
mudah mengerti, apabila dalam penyampaian pesan atau gagasan, pembicara
memaparkan dengan jelas dan tidak berbelit-belit. Berbicara mengenai kejelasan
dalam penyampaian pesan, pada saat berlangsungnya debat calon presiden, Jokowi
melontarkaan pertanyaan kepada Prabowo, dan seketika moderator mempersilakan
Prabowo untuk menanggapi pertanyaan dari Jokowi, Prabowo meminta klarifikasi
atau penjelasan maksud dari pertanyaan Jokowi yang lebih spesifik. Hal tersebut
dilakukan agar lurusnya suatu jawaban atas pertanyaan yang diberikan dari
Jokowi.
Selain sikap saling menghargai dan empati pada
lawan bicara, sikap rendah hati juga merupakan satu diantara hukum komunikasi
efektif. Sikap rendah hati sangat berkaitan erat dengan hukum pertama
komunikasi efektif, yaitu dalam berkomunikasi harus saling menghargai satu sama
lain. Hal ini juga terlihat dalam berlangsungnya debat calon presiden yang
diselenggarakan pada 22 juni 2014. Kedua calon presiden tampak memiliki sikap
rendah hati satu sama lain, Itu ditunjukan dengan, saling menghargai pendapat
masing-masing calon presiden meskipun terdapat perdebatan. Perdebatan juga
berjalan dengan sehat, karena kedua calon tidak saling mencaci, memaki atau
memaksakan pendapat sendiri. Sikap rendah hati juga sangat tampak pada saat
Prabowo menyatakan sependapat dengan apa yang disampaikan Jokowi perihal perlunya sertifikasi untuk para TKI yang dikirim ke luar
negeri. Beliau menyatakan ia akan sependapat selama pendapat itu baik. Sikap
mengakui kesamaan pendapat inilah bentuk kerendahan hati seorang calon presiden
terhadap lawan bicaranya. Tidak hanya Prabowo, Jokowi juga memperlihatkan hal
yang serupa. Ia membuat pernyataan tanpa melontarkan kata-kata yang kasar atas
respon yang ditanggapi oleh Prabowo, perihal ketegasan Jokowi dalam mengambil
tindakan. Jokowi mengatakan “jangan dipikir saya tidak bisa tegas, karena saya
tidak ingin disebut tidak tegas”. Pernyataan tersebut dapat kita maknai, bahwa
dalam menanggapi seseorang ketika berkomunikasi tidak harus melibatkan emosi
dan cara yang dilakukan Jokowi adalah
menjawab dengan kerendahan hati tanpa melontarkan kata-kata kasar, meski
sedikit menyinggung dari pihak lawan.